Kau akan mencintai lagi dengan berlarut-larut yang tumbuh:
berawalan dari benih penabur bunga yang membayar seribu nyeri
berawalan dari benih penabur bunga yang membayar seribu nyeri
Dan apakah gunanya, setelah semua bernilai semu,
menggulung pertanyaan menetap bantal atau melemparkan sebuah
selendang,
Dan apakah gunanya, setelah semua, bernilai jenuh,
Setelah matahari terbenam jalan-jalan bertabur kebencian,
Dan apakah gunanya, setelah semua, bernilai jenuh,
Setelah matahari terbenam jalan-jalan bertabur kebencian,
Menjelang malam menghadap langit
berdenyut dan berteriak dalam hawa musim panas pada zamanya
Dan dalam satu jam saja kau paling berisik,
selanjutnya berbisik-bisik berkata cinta rasa gelisah,
selanjutnya berbisik-bisik berkata cinta rasa gelisah,
Mari pergi kemudian,
kau dan aku, bergumam malam bagai pasien kelas ringan
Mari pergi melalui ketentuan
Walau setengah sepi jalanan berargumen membosankan
Kabut kuning menggosok pada kaca mataku,
Menjilat lidah ke sudut-sudut malam hari, dan membuat uap
Mari menimpa jelaga yang jatuh dari cerobong,
membuat lompatan mendadak untuk meringkuk sekali terlentang dan tertidur.
membuat lompatan mendadak untuk meringkuk sekali terlentang dan tertidur.
Dan memang akan ada waktu
Waktu untuk kembali dan menjawab semua hari
Waktu untuk kembali dan menjawab semua hari
tiap kali untuk seratus sikap plin-plan,
kemudian mengoreksi seratus visi dan revisi,
Dan kutau tangan putih dan telanjang
Tetapi dalam cahaya lampu, jatuh dengan rambut dari gaun
Itu membuat saya jadi ngelantur?
seperti Merayap di lantai laut yang diam…
Dan sore hari, menjelang malam begitu damai!
meskipun menangis dan berpuasa
meskipun menangis dan berpuasa
Tidak mungkin untuk mengatakan selamat tinggal kesedihan,
Dan berpaling ke arah jendela, harus mengatakan:
Aku menjadi tua .....................
Aku menjadi tua .....................
Hingga suara manusia membangunkan kita,
Dikehidupan selanjutnya……………
0 Comments:
Post a Comment